Taksonomi Bloom - Tujuan Pendidikan Pada Ranah Kognitif

Setelah sebelumnya saya mengajak pembaca untuk belajar tentang Taksonomi Bloom dan Pendidikan Holistik (3H), kali ini saya akan melanjutkan lagi. Tentang Ranah Kognitif pada Taksonomi Bloom. Pada postingan sebelumnya saya menulis bahwa Taksonomi Bloom adalah pengkategorian cara untuk mencapai sebuah tujuan pendidikan. Cara-cara dalam mencapai tujuan itu dibagi menjadi tiga ranah: Ranah Kognitif, Ranah Afektif dan Ranah Psikomotorik (atau disebut juga 3H: Head, Heart, Hand).

Foto ini hanya pemanis 

Pada Ranah Kognitif inilah Bloom mengritik metode belajar yang menurutnya kini lebih banyak dengan cara-cara hafalan. Seperti misalnya seorang siswa/mahasiswa yang sering diberi soal-soal ujian sekedar menyebutkan dan memberikan contoh, artinya hanya disuruh untuk menuliskan ingatannya (atau hafalannya). Bloom mengatakan bahwa hafalan adalah level tingkatan belajar yang paling rendah, namun bukan berarti hafalan merupakan cara yang salah.

TAKSONOMI BLOOM: TUJUAN PENDIDIKAN PADA RANAH KOGNITIF

Bagi Bloom, ada dua pengkategorian level tingkatan belajar (pada Ranah Kognitif), diantaranya level terbawah dan level tertinggi. Level terbawah dimulai dari Pengetahuan, Pemahaman dan Penerapan. Pada level tertinggi dimulai dari Analisis, Sintesis dan Evaluasi. Jika diurutkan tingakatan-tingkatan tersebut (dimulai dari 1 sebagai yang terendah): 
  1. Pengetahuan
  2. Pemahaman
  3. Penerapan
  4. Analisis
  5. Sintesis
  6. Evaluasi

Lalu apa saja maksud atau penjelasan dari ke enam tingkatan tersebut? Mari ikuti kasus sederhana saya ini: “Hari ini saya sedang belajar tentang Pancasila”.  Pertanyaanya: Apa yang saya dapatkan dari belajar itu?

1. Pengetahuan
Level terendahnya adalah saya hanya sebatas tahu. Di level ini asal saya bisa menyebutkan kembali apa yang sudah saya pelajari tanpa ada kekurangan, saya berhasil menjadi tahu, mendapat pengetahuan. (Misalnya saya dengan mudah menjawab soal tentang: Sebutkan sila ketiga dan kedua dari Pancasila!).

2. Pemahaman
Satu tingkat diatas tahu adalah paham. Di level ini saya bisa memahami (dengan menyebutkan apa yang saya tahu melalui olahan/bahan ucapan versi saya sendiri tanpa mengurangi poin inti yang dipelajari).

3. Penerapan
Naik lagi setingkat dari paham adalah penerapkan. Pada level penerapan ini, apa yang sudah saya pelajari tentang Pancasila bisa menjadi sebuah kebiasaan atau dipraktekan pada kehidupan. Sebut saja level penerapan ini adalah memasukan konsep yang sudah dipelajari ke dalam kehidupan pribadi saya.

4. Analisis
Lanjut lagi pada level yang ke empat, yakni analisis. Di level analisis ini cara belajar saya tentang Pancasila sudah lebih dari sebatas untuk tahu, paham, dan diterapkan. Disini saya sudah bisa memisahkan mengenai konsep/unsur (apa saja yang ada dalam belajar Pancasila) ke beberapa bagian untuk memperoleh pemahaman yang lebih luas. Misal saya paham sila pertama belajar tentang keagamaan, sila kedua belajar tentang kemanusiaan, sila ketiga belajar tentang persatuan dan pada Pancasila tersebut adalagi tentang butir-butir Pancasila. (Cara analisis ini biasanya digunakan untuk sebuah kritik dan akan menciptakan apa yang namanya Critical Thinking)

5. Sintesis
Level sistesis hampir sama dengan analisis, yakni bisa memisahkan unsur/konsep yang saya pelajari. Tapi di level ini, daya imajinatif saya yang lebih digunakan. Kalau di level analisis saya punya data tentang sila pertama, sila kedua dan sila ketiga serta butir-butir Pancasila, di level ini saya lebih bisa menggabungkannya (dengan daya imajinatif) dan menciptakan pemahaman baru. Misalnya apa hubungan sila pertama, sila kedua dan ketiga. (Cara sintesis ini biasa digunakan untuk memecahkan sebuah masalah, sebab dari masalah dibutuhkan sebuah solusi yang membuat manusia untuk berpikir kreatif (Creative Thinking) dari hal-hal yang sudah diketahui).

6. Evaluasi
Level paling tinggi adalah Evaluasi. Di level ini, semua yang sudah diketahui/dilakukan mulai dari pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis dan sintesis dikoreksi kembali dan dinilai. Apakah yang saya pelajari tentang Pancasila tersebut sudah benar?

Dari enam tingkatan level Ranah Kognitif Taksonomi Bloom tersebut, setidaknya saya mengerti kalau belajar itu bukan hanya sekedar tahu. Sebab sekedar tahu merupakan level terendah dari apa yang sudah saya pelajari. Belajar terus-terusan tapi hanya sekedar tahu kan ya rugi toh. Dari tulisan ini pun saya sejatinya belajar, belajar pada tingkatan paham, sebab saya mencoba menyampaikan ulang melalui bahasa saya sendiri. Tapi, lebih dari itu, belajar mengenai Taksonomi Bloom pada dasarnya membuat saya (munkin juga kalian) untuk bertanya. “Sudah pada level berapa kemampuan belajar (kognitif) saya?”

0 Response to "Taksonomi Bloom - Tujuan Pendidikan Pada Ranah Kognitif"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel