Interstellar: Setiap Manusia adalah Hantu bagi Dirinya Sendiri
28 December 2019
Add Comment
Foto di depan rumah (23/12/2019). Titik paling terang di langit yang seperti bintang itu sebenarnya adalah Venus. |
Sebelum jauh membaca tulisan pendek ini. Saya adalah orang yang percaya bahwa manusia adalah makhluk yang bebas dalam berpikir dan berkehendak. Pada tulisan ini saya akan memberikan kebebasan pada pikiran saya perihal hantu. Apa itu hantu?
Dulu, dan sekarang juga masih terasa, hantu adalah suatu bayang-bayang yang melayang diruang imajinasi dan memberi rasa khawatir, bahkan takut. Kalau saya tanya ke anak-anak, jawabnya: Genderuwo, Pocong, Kuntilanak dan lain sebagainya yang secara umum kita juga dulu mendefisinikannya begitu.
Kita lepas dulu defisini itu, tinggalkan sejenak. Di bulan Desember ini, beberapa film saya nikmati, dua diantaranya sudah pernah ditonton, tapi penasaran dan menontonnya kembali, Sherlock Holmes (2011) dan Interstellar (2014).
Yang menarik saya bahas adalah Interstellar, sebuah film fiksi paling perfect (menurut saya, meski banyak kontroversinya). Film ini mengisahkan petualangan luar angkasa, misi mencari bumi baru di lain galaksi. Pada film ini, teknologi sudah canggih, para astronot bisa hibernasi dan mengatur akan bangun tepat pada waktu kapan (ketika hendak meluncur dengan pesawat super cepatnya) tanpa melakukan banyak proses metabolisme tubuh.
Konsep fisika dilatasi waktu dalam film ini juga bikin waah para penontonnya. Terlihat di akhir cerita ketika Cooper (pilot pesawat), kembali bertemu dengan anaknya (yang justru sudah lebih tua darinya), sama seperti pertemuan dua orang yang berumur 37 tahun dan 85 tahun. Penjelasan tentang ini lebih ilmiahnya bisa baca di Blog Zenius.
Di awal-awal Film, ada kejadian-kejadian yang membuat keluarga Cooper aneh. Kejadian yang sifatnya anomali. Buku-buku di kamar Murph (anaknya) berjatuhan seakan ada makhluk yang ingin bicara/memberi pesan. Beberapa keluarganya percaya bahwa itu hantu. Tapi Cooper dan Murph tak percaya takhayul. Sampai pada akhirnya, mereka menemukan maksud dari kejadian itu dan mendefinisikan hantu (yang menjatuhkan buku-buku) itu adalah Graviti.
Mereka menerjemahkan pesan hantu tersebut, hingga menemukan kordinat yang akurat tepat di tempat tersembunyi milik NASA. Cooper dan anaknya ditangkap, dan akhirnya gara-gara si hantu dan misi NASA dalam mencari Bumi baru, Cooper pun pergi meninggalkan keluarganya.
Keadaan Bumi dalam film ini memang sudah rusak-rusaknya. Tanaman yang bisa hidup hanya Jagung, dan ilmuan sudah menghitung beberapa tahun lagi jagung juga akan punah. Inilah yang menggerakkan Cooper pergi memulai misi kemanusiaan, untuk menyelamatkan manusia di bumi, paling tidak menyelamatkan anaknya.
Perihal hantu yang bahkan bisa membawa Cooper ke tempat tersembunyi NASA tersebut, ia pernah bertanya pada Professor Brand, yang ahli fisika, "Siapa sebenarnya mereka?"
Hingga pada akhirnya hantu tersebut yang selama ini menjatuhkan buku-buku di kamar Murph adalah Cooper itu sendiri. Cooper selepas pergi dan meninggalkan anaknya, ia masuk di Black Hole (Lubang Hitam) yang penuh gravitasi (bahkan sampai cahaya pun tertarik masuk). Di sana, ia menemukan ruang lima dimensi, dimana waktu menjadi dimensi fisik yang bisa dikendalikan, disentuh.
Cooper melihat dirinya sendiri di masa lalu, menangis penuh emosi, memukul-mukul dinding rak dan membuat buku-buku berjatuhan. Dialah yang sebenarnya hantu selama ini. Ketika sadar, Cooper pun memberi pesan kepada anaknya melalui arloji dengan bantuan Graviti, memberikan kode untuk menyusul Cooper di ruang lima dimensi tersebut. Pada akhirnya, mereka bertemu dan semua makhluk selamat.
Setelah menonton ini, saya menerawang-nerawang sendiri, bagaimana ruang lima dimensi itu? Meski sudah digambarkan pada filmnya, tapi tetap saja bentuk abstrak garis-garis yang digambarkan belum memuaskan, masih membawa tanya besar. Bahkan Cooper bisa mengetahui dirinya (dimasa lalu) dan memaksa dirinya sendiri untuk tetap STAY (tinggal) di bumi adalah hal yang saya bingungkan dan tanyakan.
Cooper di Bumi berangkat ke luar angkasa karena hantu yang terus menjatuhkan buku-buku dikamar anaknya? Lalu, Cooper setelah berangkat ke luar angkasa menangisi kepergiaannya sendiri dan memukul-mukul rak buku (dari balik ruang lima dimensi) hingga buku itu terjatuh. Di posisi ini, seakan Cooper ada dua, di masa depan dan di masa lalu. Dan saya dibingungkan, jadi mana yang bisa didefinisikan sebagai posisi yang disebut masa sekarang, Cooper yang dipengaruhi hantu, atau Cooper yang mempengaruhi masa lalu? Padahal kalau diibaratkan semua sama pada satu garis kejadian.
Belum terjawab puas meski beberapa rekan diskusi punya argumen perihal yang saya tanyakan itu. Saya pun mencoba memberi pesan ke diri sendiri, mencari hikmah. Khususnya perihal hantu. Sebenarnya apa itu Hantu? Melalui film ini saya mendefinisikan bahwa hantu adalah apa saja yang ada di dimensi kehidupan ini, yang ditakuti.
Cooper dihantui rasa takut akan matinya anak kesayangannya hingga memulai misi ke luar angkasa, lalu setelahnya ia dihantui akan penyesalan perjalan yang ia lalui (sebab tak mampu pulang kembali ke bumi) karena tersesat di black hole, nyasar di ruang lima dimensi. Ia selalu takut dan takut. Itulah yang menghantuinya selama ini, sagala keresahan akut yang membebani, itulah hantu.
Setiap dari kita tentu akan jadi hantu dengan menciptakan rasa takut itu sendiri bukan? Hantu, kita sendiri yang menciptakan. Maka setiap manusia sebenarnya adalah hantu bagi dirinya sendiri.
Sepertinya, saya harus menonton lagi film ini untuk yang ke empat kalinya atau bahkan berkali-kali sampai bosan. Sebab setiap detil film ini menarik, tokoh-tokohnya juga punya kesan tersendiri untuk diceritakan. Semoga sudut pandang baru bisa menghasilkan pengetahun baru yang lebih menarik, atau paling tidak menimbulkan pertanyaan baru. Mari menonton.
0 Response to "Interstellar: Setiap Manusia adalah Hantu bagi Dirinya Sendiri"
Post a Comment