Mengenal Lebih Dekat Java Preanger Coffeenya Sumedang

Kita tidak bisa menyamakan kopi dengan air tebu. Sesempurna apa pun kopi yang kamu buat, kopi tetaplah kopi, punya sisi pahit yang tak mungkin kamu sembunyikan. –Dee Lestari
Sumedang bukan hanya tentang tahu. Tidak. Sumedang memang akan selalu tentang tahu, Sebagaimana dengan kutipan Filososfi Kopi milik Dee Lestari, Kopi memiliki sisi pahit yang tidak akan mungkin kita sembunyikan. Sumedang juga memiliki tahu yang tak mungkin bisa dilupakan, tahu adalah jati diri Sumedang yang tak dapat dipisahkan, mereka menyatu, dan hal yang sudah bersatu tidak bisa kita pisahkan begitu saja. Sama halnya dengan bagaimana menikmati kudapan tahu Sumedang, cara paling nikmat, tidak lain adalah menyandingkannya dengan kopi asli sumedang. Untuk dua hal itu saja, kamu bisa menjelajahi sumedang secara utuh.

Sumedang akan selalu tentang tahu. Tapi untuk tahu sumedang, kamu harus cari banyak tahu. Apakah kamu tahu bahwa sumedang memiliki teman makan tahu, yakni kopi yang memiliki aroma dan rasa yang khas, kopi asli peninggalan zaman Belanda? Mari kita ulik!

Berawal pada tahun 1808, Herman Willem Daendels diangkat menjadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda di wilayah Indonesia, diangkatnya menjadi Gubernur ini tak lain adalah untuk mengemban tugas bagaimana mempertahankan wilayah Jawa dari serangan pasukan Inggris. Berbagai upaya dilakukan oleh Daendels untuk mempertahankan wilayah Jawa mulai dari memperkuat pertahanan hingga membangun infrastruktur yang memadai. Selain itu, pada masa Daendels, produksi kopi termasuk dalam perhatiannya. Daendels melakukan segala reformasi dengan cara yang lebih baru dan cepat.  

Pada reformasi Deandels inilah di mana kawasan priangan mulai dibagi antar wilayah-wilayahnya, pembagian tersebut dibedakan seperti dimana wilayah penghasil kopi dan mana yang bukan penghasil kopi. Wilayah penghasil kopi sendiri yakni terdiri dari Kabupaten Sumedang, Bandung, Cianjur dan Parakanmuncang. Sumbangsih Daendels paling legendaris adalah pembangunan Jalan Raya Pos dari Anyer sampai Panarukan. Jalan tersebut menghidupkan dan mempercepat arus distribusi kopi ketika dibawa ke gudang pemerintah. Jalan Raya Pos ini melewati Bandung, Sumedang dan Cianjur. Sebagai wilayah penghasil kopi utama Priangan.

Contoh nyata adanya perkebunan kopi di Sumedang adalah kerangka-kerangka beton bangunan bedeng buatan Belanda di tengah sawah dan kebun di sebuah perkampungan di Cadas Pangeran. Pada masa silam itu, bedeng yang berdiri merupakan bagian dari kompleks perkebunan kopi yang tumbuh subur di sekitar wilayah tersebut, dan pembuatan jalan Cadas Pangeran dibuat untuk akses pengangkutan kopi ke luar daerah Sumedang untuk diekspor ke Eropa.

Dilansir dari Balai Pengembangan Benih Tanaman Perkebunan, Sumedang menjadi satu dari dua wilayah yakni Garut yang berhasil ditemukan tiga jenis tanaman kopi yang diduga selamat dari serangan penyakit yang membuat perkebunan kopi Jawa Barat hampir punah pada tahun 1922. Tanaman kopi unggulan tersebut adalah jenis arabika yang jumlahnya masing-masing kurang dari 20 pohon. Dari hasil uji cita rasa terhadap tiga tanaman tersebut, mendapatkan hasil yang unggul, dengan nilai 85. Citarasa yang diperoleh ini berupa citarasa caramel, bunga dan kacang-kacangan.

Kopi Sumedang sendiri merupakan salah satu Kopi Jawa (Java coffee) yang sangat diperhitungkan kualitasnya. Salah satunya kopi dari Gunung Manglayang yang sudah mendapatkan pengakuan Indikasi Geografis, dimana dengan pengakuan dan penilaian tersebut, kopi Manglayang, khususnya dari Gunung Manglayang Timur yang termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Sumedang, telah diakui keunggulan dari kualitas citarasa dan aroma dari kopi tersebut. Selain Gunung Manglayang, yang mempunyai potensi perkebunan kopi diantaranya Gunung Tampomas, Gunung Cakrabuana, Gunung Lingga dan Gunung Kareumbi.

Foto: Detikcom

Kopi Sumedang, khususnya Gunung Manglayang sudah mendapat pengakuan Indikasi Geografis sebagai Java Preanger Coffee oleh Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis pada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual. Khususnya masuk kategori Spesialty Coffee. Pengakuan Indikasi Geografis dibutuhkan untuk melindungi kopi Jawa Barat, dengan kriteria tertentu tidak bisa dimanipulasi sebagai kopi Java Preanger.

Terlepas dari sejarah kopi sumedang itu sendiri, untuk tetap mempertahankan kualitas kopi harus ada upaya-upaya tersendiri dari petani dalam proses penanaman hingga panen. Proses pemanenannya juga tidak bisa sembarang sebab proses itulah yang menentukan kualitas dari kopi.  Tingkat kematangan buah kopi sumedang tidak terjadi secara serentak. Sehingga proses pemanenan memerlukan waktu yang lama. Buah kopi mulai masak bulan April atau Mei sampai September atau Oktober. Musim panen kopi di Indonesia biasanya dimulai pada bulan Mei atau Juni dan berakhir sekitar Agustus atau September. Periode panen raya berlangsung 4-5 bulan dengan frekuensi pemetikan buah kopi bisa setiap 10-14 hari sekali.

Tanaman kopi berbunga tidak serempak sehingga buahpun matang tidak serempak, oleh kerena itu buah kopi sumedang ini dipetik secara bertahap. Buah yang berwarna merah dipetik satu per satu dengan tangan. Ciri-ciri buah kopi yang telah matang bisa dilihat dari warna kulitnya. Buah kopi yang paling baik untuk dipanen adalah yang telah matang penuh, berwarna merah. Panen buah kopi pertama umumnya sedikit.  Jumlah tersebut meningkat dari tahun ke tahun dan mencapai puncaknya setelah tanaman berumur 7 – 9 tahun.  Tanaman kopi berumur 7 – 9 tahun rata-rata produksi 500 – 1.500 kg kopi beras/ha/tahun. Jika tanaman kopi dapat dikelola secara intensif produksinya mampu mencapai 2.000 kg/ha/tahun.

Perihal kopi sumedang ini, ternyata pemerintah juga sudah turut andil dalam memperhatikan keberadaan kopi priangan tersebut. Pemerintah telah mengadakan program pembagian benih kopi setiap tahunnya. Dengan adanya program tersebut, termasuk pembagian bibit ke wilayah Kabupaten Sumedang, ke depan tentu akan menambah produktivitas kopi di Sumedang selain juga dimaksudkan untuk melestarikan kopi sebagai tanaman konservasi di dataran tinggi serta meningkatkan kesejahteraan para petani.

Megenal Lebih Dekat Kopi Sumedang Lewat Festival Kopi Sumedang


Upaya-upaya dalam mengenalkan kopi sumedang terus dilakukan oleh masyarakat maupun pemerintah. Semakin di kenal lebih luas lagi, maka akan semakin menjadi keuntungan tersendiri bagi petani kopi di Sumedang, Sumedang juga akan dikenal dengan kopinya. Pecinta kopi akan mulai melirik kopi sumedang sebagai Java Preanger Coffeenya Priangan.

Tidak bisa dipungkiri memang, pecinta kopi barangkali sudah lebih kenal dan tahu akan reputasi kopi Indonesia, seperti hal nya Kopi Gayo maupun Kopi Toraja. Kopi Gayo sendiri juga sudah mampu menguasai penetrasi pasar makanan dan minuman di Afrika Selatan. Dalam hal ini, Kopi Sumedang tidak kalah rasa dan aroma sebenarnya, oleh sebab itu perlu adanya upaya yang ekstra untuk memperkenalkan dan menjajarkan Kopi Sumedang di antara kopi yang berkualitas di seluruh dunia.

Untuk lebih dikenal dunia, upaya untuk membranding kopi sumedang tersebut telah diwujudkan dengan mengikutsertakan kopi sumedang di ajang pameran dunia yang diselenggarakan di Afrika. KBRI Pretoria bekerja sama dengan PT. Pupuk Kujang mendatangkan Kopi Geulis Sumedang, UMKM dari Kota Sumedang untuk mengikuti salah satu pameran kopi dan cokelat terbesar di dunia yang sudah ketujuh kalinya diselenggarakan di Johannesburg, Afrika Selatan. Pameran ini setiap tahunnya berhasil menarik minat kurang lebih 30.000 pengunjung dan diikuti oleh lebih dari 230 peserta yang berasal dari industri hospitality, coffee maker manufacturer, dan restoran. Kesempatan ini dimaksimalkan sebagai ajang perkenalan kopi Sumedang kepada pasar internasional.

Selama pameran berlangsung, diberitakan bahwa booth Indonesia terus ramai dikunjungi pengunjung yang ingin mencari tahu lebih lanjut mengenai kopi Indonesia. Salah satu juri barista yang berkeliling, memuji flavour dan aroma Kopi Sumedang yang dikatakannya seimbang (balance). Dengan teknik pengeringan biji kopi pasca panen yang berbeda, Kopi Sumedang dihadirkan dengan tone honey, wine, full wash dan natural yang masing-masing mempunyai ciri tersendiri.

Selain dengan mengikutsertakan kopi sumedang di pameran yang diselenggarakan di Afrika. Bupati Sumedang, H. Dony Ahmad Munir juga telah mengupayakan bagaimana kopi sumedang tidak dilupakan oleh warganya sendiri, maka Bupati sumedang kemudian menetapkan tanggal 7 Oktober sebagai Hari Kopi Sumedang. Hari Kopi Sumedang itu dirayakan dengan mengadakan festival kopi di Sumedang. Hal ini juga dilakukan sebagai upaya membangkitkan kembali masa kejayaan kopi Sumedang, maka eksistensi kopi di Sumedang ini harus terus ditingkatkan. Dan festival kopi seperti ini, diharapkan bisa menjadi wahana untuk mengembalikan kejayaan kopi Sumedang.

Produk-produk Kopi Asli Kabupaten Sumedang bersaing dalam "Festival Kopi Sumedang 2019" - Tribun Jabar

Dengan adanya festival ini juga, maka seluruh masyarakat Sumedang bisa menikmati kopi daerahnya sendiri. Dan pada tahun 2019 kemarin adalah tahun kedua di mana festival kopi ini diselenggarakan. Dilansir dari Kabar Priangan, Ketua Pelaksana Festival Kopi Sumedang #2 tahun 2019, Rauf Nuryama, menyebutkan, festival kopi dilaksanakan selama tiga hari mulai tanggal 7 sampai 9 Oktober 2019. Adapun untuk tempat pelaksanaannya, kata Rauf, akan diselenggarakan di Lingkungan Gudang Kopi, dengan sentra kegiatan di Wisma Gending, Jalan Pangeran Santri Nomor 43, Kelurahan Kotakulon.

"Kami sengaja memilih Gudang Kopi sebagai lokasi penyelenggaraan festival, karena untuk mengingatkan kembali masyarakat, bahwa Sumedang ini dulunya sempat memiliki histori sebagai salah satu lokasi penghasil kopi," kata Rauf.

Pada festival kopi sumedang tersebut, siapapun yang datang bisa mengetahui lebih banyak perihal kopi sumedang ini, dari jenis, rasa, aroma hingga harga pada masing-masing kopi sumedang. Sementara ini, kopi termahal dan memiliki rasa yang tidak biasa yang diketahui berada di wilayah sumedang adalah kopi wine olahan petani kaki Gunung Manglayang, Sumedang, atau kopi buhun yang berarti kopi tertua di Sumedang. Menurut ketua kelompok tani kopi tersebut, kopi wine menjadi yang termahal pada festival kopi yang diselenggarakan tahun 2019 lalu. Sulaiman, Ketua Kelompok Petani Kopi Majumekar Sumedang mengatakan bahwa harga bijinya saja bisa mencapai 200 ribu perkilo. Sementara produk siap seduhnya seharga 40 ribu per 100 gram atau 400 ribu perkilonya. 

Bagaimanapun, dengan adanya Festival Kopi Sumedang ini, Sumedang bisa mengejar ketertinggalannya dalam memperkenalkan kopi lokalnya. Begitupun, Festival Kopi Sumedang juga harus terus berjalan, harus ada Festival Kopi Sumedang #3 #4 #5 dan seterusnya. Kopi akan menjadi bagian lain dari Sumedang yang keberadaanya melengkapi ‘makan tahu’. Dengan adanya festival kopi ini, bukan tidak mungkin hal tersebut dapat menjadi pemicu meningkatnya ekonomi petani kopi Sumedang serta bermanfaat bagi pendapatan daerah khususnya di wilayah Kabupaten Sumedang. Kopi akan menjadi komoditas baru yang berciri khas di Sumedang. Wisatawan akan mulai melirik festival kopi, orang-orang akan mulai berdatangan sebagai wujud penasarannya, hal ini sudah menjadi nilai tambah tersendiri untuk sumedang sebagai pemilik Java Preanger Coffeenya tanah priangan.

Jadi, sudah siap makan kudapan tahu dengan ditemani kopi sumedang? Yuk!

--
Referensi:

0 Response to "Mengenal Lebih Dekat Java Preanger Coffeenya Sumedang"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel